Selasa, 07 April 2015

TUGAS 4



Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

CONTOH-CONTOH INFLASI
1.      Nilai uang yang dipegang seseorang menjadi turun
misalnya tadinya 1.000 rupiah bisa untuk naik angkot, setelah inflasi, naik angkot perlu 1.500 atau
2.000
2.      Daya beli masyarakat menurun
Tadinya uang 20 juta bisa untuk membeli sebuah sepeda motor, setelah inflasi, menjadi tidak terbeli
karena kurang
3.     Tingkat taraf hidup menurun
Tadinya dengan penghasilan 1 juta per bulan dapat rekreasi 1 bulan sekali, sekarang dari nilai itu
hanya dapat untuk makan dan transport saja
4.      Bagi para spekulan, inflasi justru menguntungkan
Bagi para penimbun barang (misalnya BBM dsb.), sebelum inflasi per liter 4.500, setelah dia
simpan dan harga menjadi 6.500 per liter karena inflasi, dia mendapatkan untung 1.000 rupiah per
liter
5.      Jika inflasi mengakibatkan devaluasi, maka nilai ekspor menjadi naik, padahal jumlah barang yang di ekspor tetap contoh, pengekspor minyak kelapa sawit, sebelum devaluasi akan menerima 1 juta rupiah setiap 150 liter minyak sawit. Setelah devaluasi, dengan 150 liter dia akan mendapat lebih dari 1 juta rupiah

INFLASI TIDAK SELALU BERDAMPAK NEGATIF
Inflasi mempunyai dampak positif dan negative. Tergantung pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Dalam artian, bila terjadi inflasi ringan, itu malah membuat dampak positif bagi perekonomian dan dapat mendorong perekonomian menjadi lebih baik. Meningkatkan pendapatan nasional. Cenderung membuat orang lebih semangat untuk bekerja, untuk menabung, serta mengadakan investasi. Tetapi jika terjadi imflasi yang tak terkendali atau hiperinflasi ini akan amat sangat mengacaukan perekonomian, membawa dampak yang sangat negative. Hal ini membuat orang akan tidak semangat bekerja, tidak senang menabung, dan tidak mengadakan investasi karna harga yang meningkat dengan cepat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

1. Demand Pull Inflation, atau Demand-Side Inflation, atau Demand Shock Inflation
Demand Shock Inflation atau biasa disebut Inflasi Guncangan Permintaan atau inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya daya tarik dari permintaan masyarakat terhadap berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi jenis ini biasa dikenal juga dengan istilah Philips Curve Inflation. Inflasi ini dipicu oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa domestic dalam jangka panjang yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Inflasi ini biasa terjadi pada masa perekonomian yang tumbuh dengan cepat. Adanya kesempatan kerja yang tinggi menimbulkan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menyebabkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini pada akhirnya dapat menimbulkan inflasi.
Untuk di Negara Indonesia terjadinya demand pull inflation disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa relative terhadap ketersediannya. Artinya barang dan jasa yang diminta relative tinggi dibanding ketersediaan barang dan jasa yang diminta. Dalam makro ekonomi inflasi ini digambarkan dengan output rill yang melebihi output potensial, atau permintaan total, atau aggregate demand lebih besar daripada kapasitas perekonomian.

2. Cost Push Inflation, atau Supply-Side Inflation, atau Supply Shock Inflation
Supply Shock Inflation atau biasa disebut inflasi guncangan penawaran atau inflasi desakan biaya adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya guncangan atau dorongan kenaikan biaya factor-faktor produksi secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi ini terjadi akibat didesak oleh naiknya biaya dari factor produksi.
Inflasi desakan biaya biasa terjadi pada masa perekonomian yang sedang tumbuh pesat dengan pengangguaran yang relative rendah. Di sini supply tenaga kerja sangat terbatas. Adanya permintaan yang tinggi pada barang produksi terhadap perusahaan, sementara jumlah tenaga kerja terbatas. Perusahaan akan menaikkan produksi dengan memberi upah atau gaji lebih tinggi dan mencari karyawan baru dengan tawaran upah atau gaji yang relative tinggi.
Kebijakan ini menimbulkan biaya produksi menjadi tinggi, sehingga harga barang atau produk menjadi lebih tinggi juga.
Kenaikan biaya dari factor produksi dapat diakibatkan oleh depresiasi atau turunnya nilai tukar mata uang domestic terhadap mata uang asing. Bahan baku dan barang dari luar negeri menjadi lebih malah di dalam negeri. Terjadinya inflasi di luar negeri, khususnya Negara-negara patner dagang. Inflasi luar negeri naik menyebabkan bahan baku atau barang atau produk dari luar negeri menjadi naik.
Inflasi guncangan penawaran dapat pula terjadi akibat negative supply shock. Penurunan penawaran ini dapat disebabkan oleh bencana alam, atau hal lain. Selain itu inflasi supply shock dapat terjadi kerena pemerintah menaikkan harga-harga komoditi tertentu.

3. Mixed Inflation, Inflasi Campuran
Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran. Perilaku permintaan dan penawaran tidak setimbang. Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, hal ini mengakibatkan factor produksi dan penyediaan barang menjadi turun. Sementara substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan ini, pada akhirnya menyebabkan harga menjadi naik. Inflasi ini menjadi semakin sulit dikendalikan atau diatasi, ketika kenaikan supply lebih tinggi atau setidaknya sama dengan kenaikan demand.

4. Expected Inflation, Inflasi Ekspektasi.
Inflasi ekspektasi adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau forward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya.
Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation. Hal ini tergantung pada harapan masyarakat yang mana yang akan lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan factor produksi saat itu dan masa datang. Inflasi jenis ini relative sulit untuk dideteksi secara pasti, sehingga kejadiannya kurang diperhatikan

5.Meningkatnya Kegiatan Ekonomi 
Meningkatnya kegiatan ekonomi mendorong peningkatan permintaan agregat yang tidak diimbangi dengan meningkatnya penawran agregat karena adanya kendala struktural perekonmian. Indikatornya : masih rendahnya kapasitas terpakai sektor industri pengolahan (39% – 51%) dan menurunnya produksi tanaman bahan makanan (sumbangan pada PDB berkurang 1,1%) pada tahun 2001.

Pustaka: 1. Mankiw, N. G., 2003, “Teori Makroekonomi”, Edisi Kelima, Erlanga, Jakarta.
2.    Ahman, E. H., Rohmana, Y., 2007,”Ilmu Ekonomi Dalam PIPS”, Edisi 2, Unversitas Terbuka, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar